Sabtu, 14 Maret 2015

SURAT TERBUKA UNTUK MAHASISWA

Kepada yang terhormat “Tuan Mahasiswa”
maaf kalau nanti ucapan saya terkesan tidak sopan atau mungkin terasa karbitan, ah persetan semua sekarang terasa abu-abu tuan

Harus kupanggil apa ya Tuan? Kalau boleh biar akrab, aku panggil kawan
Kawan mungkin perlu aku ceritakan tantang sedikit kisah perjuangan untuk pengingat kita semua
Mungkin bisa dikatakan semua kisah ini berawal dari tahun Sembilanbelasnoldelapan saat para cendikiawan sadar bahwa Indonesia adalah Negeri jajahan, tahun itu kita kenal sebagai tahun Kebangkitan Nasional kawan, saat itu jenis pergerakan masih kental dengan gerakan kedaerahan dan juga landasan berfikir mereka adalah tentang cara pengabdian, untuk “rakyat” kawan

Setelah itu, beberapa gerakan lahir dengan berbagai latar belakang pendirian hingga tahun sembilanbelasduadelapan para pemuda berkumpul bersama secara lantang mendeklarasikan tentang semangat persatuan

Setelah itu, periodesasi ketika perjuangan untuk satu teriakan, yakni Indonesia bebas dari penjajahan hingga sampai pada Sembilanbelasempatlima Bung Karno dan kawan-kawan berhasil memproklamirkan kemerdekaan setelah ribuan tetes darah perjuangan dikorbankan

Setelah itu, belum selesai cerita Negeri kita ini kawan, karena saat itu banyak sekali kejadian yang mungkin tak sempat kita fikirkan, saat perjuangan yang ada terlenakan dengan nikmatnya kekuasaan, mungkin mereka yang telah berhasil memproklamirkan sedikit lupa dengan tujuan, hingga para kawan kita “mahasiswa” bersatu berjuang untuk menggulingkan, dengan semua kontroversi sejarah perjuangan, karena katanya kebenaran sejarah adalah untuk mereka yang memenangkan pertarungan, semoga itu semua benar-benar berlandaskan kebenaran ya kawan

Setelah itu, tahun sembilanbelasenamlima saat perjuangan "para kawan kita" membuahkan keberhasilan, namun sekali lagi mereka yang duduk diatas jabatan banyak yang lupa dengan tujuan dan definisi kebenaran, ada beberapa dari bekas mahasiswa yang membelot dan tak memihak rakyat yang kelaparan, ah persetan kawan saat kebenaran mulai rapuh dimakan negosiasi para bajingan

Setelah itu, tetap masih ada "para kawan kita" yang berjuang diatas kebenaran, hingga tahun sembilanbelasdelapanempat keluarlah kebijakan untuk menekan perjuangan mahasiswa kawan, kebijakan Normalisasi Kegiatan Kampus Badan Koordinasi Kemahasiswaan, ah itu hanya akal-akalan supaya para pembuat kebijakan bisa dengan leluasa memanfaatkan kesempatan, haha
Jangan salah kawan, kisah perjuangan tidak kandas termakan akal-akalan, setelah itu "para kawan kita" tetap terus memperjuangkan kebenaran, karena memang mereka sadara bahwa kita hidup bukan atas dasar penindasan, hingga sampai tahun Sembilanbelassembiladelapan yang bisa dikatakan puncak dari perjuangan melawan rezim kedzaliman, saat seluruh mahasiswa bersatu menuntut penurunan Soeharto dari kursi kepemimpinan, saat itu gerakan bersatu melakukan perlawanan tak perduli akan perbedaan

Setelah itu, .

Hai kawan? Apa kabar kau disana? Aku disini melihat banyak kejadian yang membuatku sedikit malu akan kata perjuangan
Aku melihat mahasiswa yang kerjaannya hanya kuliah-makan-laporan-kelayapan atau malah sibuk yang-yangan,yang penting senang
Beginikah kawan? Sejarah perjuangan pun ikut menangis kawan ketika melihat mahasiswa saat ini yang merasa diatas awan, sibuk dengan segala kesenangan, twitteran, ig-an, fb-an, path-an, apapun itu, terlena dengan semua bentuk kemudahan, malas untuk berkeringat memperjuangkan kebenaran, merasa telah berkarya tapi hanya numpang nama, merasa tak punya dosa padahal bisanya hanya menyalahkan, mereka yang masih dapat membuang makanan ketika rakyat menangis kelaparan atau pura-pura tak tahu karena sibuk dengan laporan, ah persetan tak penting mengetahui arti pengabdian

Aku juga melihat mereka yang berjuang mengatasnamakan kebenaran padahal nyata-nyata ditunggangi oleh kepentingan, ah persetan kawan, itu biasa sekarang, tak usah heran
Beginikah kawan? Indonesia pun menangis kawan,  Ketika melihat pemerintahan mahasiswa dijadikan ajang perebutan kekuasaan, bukan untuk menyatukan langkah perjuangan, ketika totalitas perjuangan menjadi formalitas dalam ruangan, ketika gerakan-gerakan hadir bukan untuk menyatukan tapi malah untuk ajang perpecahan, ketika sibuk dengan amandemen AD-ART organisasi disaat rintihan penderitaan rakyat pinggiran, ketika orasi ini! Itu! bukan untuk memperjuangkan rakyat dan kebenaran tapi hanya untuk keren-kerenan, ketika berpandangan menjadi pimpinan dengan berbagai kepentingan tampak menawan dan layak mendapat tepuk tangan, ketika hasutan-hasutan pembenaran dengan mudah kita anggukkan, ketika negosiasi-negosiasi para bajingan dengan mudah kita iya-kan, ah persetan kau kawan! Merusak idealisme perjuangan! Untuk apa ketika kekuasaan membuatmu lupa tentang definisi kebenaran, untuk apa kau menjadi mahasiswa kawan?

Kawan, apakah kalian tak malu melihat ini semua kawan? Sekarang bukan saatnya lagi perpecahan kawan, Indonesia butuh persatuan, Indonesia butuh gerakan mahasiswa tanpa kepentingan golongan Indonesia butuh orang-orang yang mau berjuang, Indonesia butuh mahasiswa yang mau terjun ke masyarakat kawan, dan Indonesia mendambakan mahasiswa yang peduli kawan

Wahai mahasiswa yang punya jabatan, jangan diam melihat kedzaliman, gerakkan masamu untuk memperjuangkan kebenaran, memperjuangkan kepentingan rakyat kawan, yakinlah akan ada jalan, percayalah kau dengan keberadaan Tuhan, karena Dia juga menunggu kita untuk bertindak bukan diam kawan :)

Wahai mahasiswa yang merasa tak punya jabatan, jangan malu untuk menyampaikan pendapat ketika melihat penyimpangan, yakinlah setiap kritikanmu dapan menjadi sebuah pertimbangan pengambilan keputusan dalam sebuah permasalahan, ketika menejemen Aksi telah dijalankan namun tetap tidak memberikan perubahan jangan sungkan untuk ikut turun kejalan, rakyat berharap mahasiswa mau merangkul kebawah untuk kemajuan, Indonesia berharap pada kita kawan!
satu teriakan kebanggan untuk kalian yang masih memegang idealisme seorang mahasiswa "Hidup Mahasiswa!"

Demikianlah surat dengan satu titik ini saya buat karena akumulasi kerisauan-kerisauan melihat berbagai kejadian, saya tujukan kepada mahasiswa yang merasa saja, mungkin dapat menjadi bahan evaluasi kita bersama sekaligus menjadi cambukan bagi penulis untuk lebih memahami akan arti kehidupan dan perjuangan,  bismillah semoga tidak kaburomaktan , semoga Allah senantiasa membimbing kita menuju kebenaran

Salam Hormat,
Abdurrahman Afa Haridhi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret

0 comments:

Posting Komentar