Rabu, 06 Mei 2015

SURAT TERBUKA UNTUK KAMMI



Assalamualaikum wr wb
Kepada yang terhormat Tuan Kesatuan
Mungkin lebih tepat Ikhwah fillah rohimakumullah
Sebelumnya mungkin saya memohon maaf apabila dalam tulisan ini terasa menyinggung atau terasa menyakiti.

Aku, kamu, dan Kammi
Sebuah frase yang menarik. Sahabatku yang mulia, saya adalah seorang muslim, insyaAllah saya orang yang sedikit memahami tentang arti dakwah dan perjuangan. Sedikit membaca dari latar belakang berdirinya kesatuan, yang mana memang hampir tidak dapat dipisahkan antara fsldk dengan kesatuan yang mana pada saat 1998 timbul sebuah keresahan akan kurangnya kekuatan dalam pergerakan mahasiswa muslim.
Idealnya, dan setelah menelaah dari kostruksi dasar pembentukan kesatuan, saya memahami bahwa gerakan ini dibentuk sebagai wadah pergerakan yang “lebih” teroganisir untuk melawan sebuah kezaliman yang (dulu 98’) pemerintah lakukan.
Ketika mendengar kalimat, kesatuan aksi mahasiswa muslim Indonesia, siapa yang tidak tergerak hatinya sebagai seorang muslim? Sesuatu yang harus dipertanyakan bila tidak.
Oleh karena itu, saya sebagai seorang mahasiswa muslim “rela” apabila nama kesatuan aksi mahasiswa muslim Indonesia dipakai untuk benar-benar melawan kebathilan.

Kesatuan yang mulai “terfitnah”
Mungkin itu kalimat yang mungkin pas untuk melihat kondisi saat ini. Ya, saya hanyalah seorang mahasiswa biasa yang mungkin tidak begitu tahu tentang perpolitikan di student government ataupun yang ada dipemerintahan Indonesia.
Entah isu ini dimulai atau kapan berawalnya, saya sedikit mengamati dan mendengar {yang saya harap kabar burung} bahwa kesatuan ini mulai “terkontaminasi” dengan elit politik atau apapun yang berbau perpolitikan di negeri ini. Ya salah satunya sebut saja “partai”. Miris/kesal/marah, entah kata apa yang tepat dengan kegiatan para sialan itu.
saya yakin pasti tidaklah semua orang yang tergabung dalam kesatuan ini membawa kepentingan itu, mungkin tepatnya “kepengurusan” kesatuan ini.
Bahayanya apa? Tentu semua itu terkait dengan kemurnian nilai dan ideologi yang dibawa di kesatuan ini. Dan sudah barang tentu juga, semua itu akan berkaitan dengan keputusan yang akan diambil dalam kesatuan ini.

Tolong dibedakan saya berjuang atas nama Islam dan atas nama Kesatuan
Mungkin ini lebih tepat kepada semua yang merasa sebagai pejuang kesatuan.
Saya sebagai seorang mahasiswa muslim tidak akan “rela” kata pejuangan dan dakwah ternodai dengan keputusan-keputusan gegabah yang diambil, atau dengan tingkah-tingkah pejuang kesatuan yang tidak terkendali.  Bertingkah tak karuan tanpa hasil yang jelas, hanya memperburuk saja.
Posisi kita saat ini adalah menjadi mahasiswa yang dididik untuk memahami arti sebuah ketidakadilan.
Siapa bilang mahasiswa muslim tidak boleh menjadi pemimpin?  Boleh, sangat boleh, harus malah. Yang terpenting adalah tidak perlu membawa-bawa kepentingan se-golongan, yang dijadikan kepentingan umum. Ketika sebuah amanah, kekuasaan hadir, kita hanya perlu membawa sebuah kepentingan yakni kepentingan Islam. Tapi apa lantas dengan cara menyabotase semuanya? Tidak ada opini publik, yang ada opini perorangan yang dipublikasikan.
Kalimat konkrit saya adalah kemurnian kesatuan perlu untuk ditegakkan, tidaklah perlu bawa-bawa kata kesatuan masuk ke pergerakan dalam, kesatuan hanya perlu melakukan; semisal ada sebuah ketidakadilan, maka lakukan sebuah “kajian” matang, lalu yakinkan kepada “mahasiswa muslim” bahwa ini bertentangan dengan Islam. Maka saya yakinkan kalimat saya, bahwa mereka mahasiswa muslim akan bergerak bersama untuk melawan ketidakadilan itu.
Namun yang menjadi PR adalah saat ini kesatuan sedang “terfitnah”, bagaimana cara untuk memurnikan, ya ?
mungkin bisa dengan membersihkan rumah terlebih dahulu.
Atau para pejuang kesatuan yang telah ada dikursi kekuasaan cukup perlu mengatakan, “saya berdiri disini tidak untuk hadir membela kesatuan saja, tapi saya hadir untuk membela Islam” tentu itu akan jadi sebuah hal yang arif dan bijaksana.

Al haqqu mirobbika fala taqunanna minal mumtarin.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk mau menerima kebenaran.
Wassalamualaikum wr wb

0 comments:

Posting Komentar