Jumat, 03 April 2015

Secoret Solusi ditengah Multikonflik Kehidupan

dikutip dari sharia.co.id
Hai kawan, apa kabarmu hari ini?
Sudah cukup puas bukan mendengar berbagai pemberitaan media akhir-akhir ini.   
dari inflasi, http://radarpena.com/read/2015/04/02/17543/18/1/Kenaikan-BBM-Pemicu-Inflasi-Bulan-Maret sampai mereka yang menanyakan kemana mahasiswa,  http://www.merdeka.com/peristiwa/harga-terus-naik-masyarakat-tercekik-ke-mana-mahasiswa.html
Ketika mendengar kisah romantisme pergerakan masa lalu, berdebar dan kekagumanlah yang muncul dalam hati ini. Pertanyaannya adalah harus seperti apa saat ini mahasiswa mencetak romantisme perjuangannya?
ada yang bertanya, apa benar kita mahasiswa hanya mampu selfi atau membuat tanda (#) di smartphone pribadi?
Saya bukan orang yang anti turun kejalan untuk aksi. Saya hanya ingin mencoba berkontribusi untuk memberikan pandangan tentang ini.
 
dikutip dari http://www.jagatpost.com
Ini tentang Pilihan
Diskusi telah penulis lakukan dengan beberapa orang untuk mengetahui pandangan mereka mengenai seperti apa mahasiswa, bagaimana seharusnya mahasiswa. Ada yang mengatakan, mahasiswa itu harus idealis, mahasiswa itu berani, mahasiswa itu dapat berkontribusi bagi bangsa dengan karya-karya keilmuannya tidak harus demonstrasi, mahasiswa itu banyak yang reaktif, mahasiswa ya kuliah, mahasiswa itu peduli, mahasiswa itu harusnya dekat dengan rakyat, poin yang menarik adalah mahasiswa harus berjuang melawan para pemegang kebijakan dengan idealismenya disaat mereka disana mulai luntur idealismenya dengan negosiasi-negosiasi para kurcaci.
Kapan lagi mahasiswa dapat berbuat untuk rakyat? Dan siapa lagi yang bisa? ingin jadi saksi sejarah atau pelaku sejarah?
Saya memahami bahwa setiap orang memiliki pilihan porsinya masing-masing, saya tidak menyalahkan kawan-kawan yang memutuskan untuk mencari IP 4, atau mereka yang sibuk memikirkan kebaikan organisasi sendiri-sendiri. Tetapi coba lihat siapa yang masih bisa berjuang {dengan tanpa kepentingan} peduli dengan nasib rakyat dan bangsa ini? Anak SMA? Tidak kawan!! harusnya KITA.
Kamu.. iya kamu kawan, UKT mu itu disubsidi oleh uang rakyat kawan. Jangan sok nggak peduli!

dikutip dari vicharvi.blogspot.com
Ini tentang melek Kebijakan pemerintahan
Masa kepemimpinan Presiden Jokowi JK memang belumlah genap 1 tahun, namun {jika kita peka} ada beberapa kebijkan yang menurut masyarakat awam ini “aneh kawan”, seperti kebijakan beliau yang satu ini, http://u.msn.com/id-id/berita/other/jokowi-naikkan-tunjangan-mobil-pejabat-negara/ar-AAajv1e?ocid=iehp . inikah kebijakan yang bijak disaat keadaan perekonomian yang pelik ini?  atau ini?
atau kabar kejelasan berbagai kebijakan kesehatan yang masih dipertanyakan.
saya bukanlah seorang yang ahli dalam bidang perekonomian, ataupun hukum dan tata Negara. Tetapi naluri sebagai rakyat jelata mampu untuk tahu kenaikan harga sembako yang tidak wajar, atau untuk mendeteksi ketidakadilan dibidang hukum. apa kita hanya bisa DIAM?
Masyarakat mungkin terkesan sudah "jenuh" dengan berbagai kelucuan yang terjadi di negeri para bedebah ini, atau bisa jadi masyarakat masih menahan kekesalan dan memilih untuk tidak peduli, atau malah masyarakat yang tidak berani melawan dengan keputusan yang ada ini. ~kita yang harus peka kawan~
Menurut opini pribadi, memang terlalu cepat ketika muncul statement “turunkan jokowi”.  Namun tidak akan salah ketika kita mengingatkan bapak kita yang satu ini kawan. Mengingatkan tidak harus dengan demonstrasi, tapi dengan jenis lain dari aksi, seperti petisi, audiensi atau publikasi hasil kajian tentang apa yang terjadi.
Kita sebagai mahasiswa harus peka dengan isu-isu seperti ini, karena dengan ini akan memudahkan untuk mengaitkan dengan dampak yang ada dimasyarakat dan mengambil dasar permasalahan suatu kajian.
dikutip dari thekompasiana.blogspot.com
Ini juga tentang Simpati
Dulu, cerita romansa perjuangan, ketika mahasiswa turun kejalan rakyat pun ikut berkontribusi. Masyarakat membantu aktivis dengan logistic dan memberikan dukungan moril. karena mereka tahu kalau sedang diperjuangkan. Namun sekarang bagaimana kawan?
Menurut pengamatan ada beberapa hal penyebab menurunnya simpati masyarakat pada mahasiswa, yakni Citra aksi yang mulai ternodai oleh mereka yang aksi tanpa kajian matang, tergesa-gesa, reaktif, bagaikan hipersensitivitas tipe 1 atau tipe cepat, pembicaraan sedikit langsung garap, tanpa pendekatan ke masyarakat. juga Citra Aksi yang tercemar oleh mereka yang aksi hanya untuk selfie. Kalau begini gimana rakyat mau simpati? ketika tahu, sadarlah, lalu bergerak untuk berubahlah.
  
Ini juga tentang Kajian dan Aksi
dikutip dari www.kaskus.co.id
Kajian merupakan langkah awal untuk memulai sebuah aksi. Sudah menjadi keharusan bahwa setiap aksi wajib memiliki kajian matang mengenai hal yang ingin diadvokasian, bukan hanya sekadar reaktif dan pembicaraan asal-asalan.  Karena kajian tanpa aksi hanyalah wacana, dan aksi tanpa kajian itu omong kosong kawan!
Beberapa hari yang lalu di solo (karena saya domisili di solo) saya mendengar salah satu bentuk aksi yang mengatasnamakan forum aliansi mahasiswa solo.
Melakukan sebuah aksi turun kejalan yang menuntut turunnya harga BBM diantaranya. Setelah saya coba cari informasi, ternyata tidak ada kajian yang baik di sini. Inilah salah satu contoh bentuk aksi yang menurunkan semangat aksi.  Kenapa? Karena akan banyak orang yang mengatakan “tidak jelas”.
~boleh berjalan tapi ketahui dimana engkau menapak~.
 
Ini tentang Usaha dan Perjuangan
Beberapa hari ini saya telah mencoba mencari informasi dalam bentuk “data primer” terkait dampak langsung yang dirasakan tentang kenaikan BBM terakhir. Dari beberapa pedagang makanan  dan masyarakan menengah kebawah yang saya wawancarai menyatakan bahwa ada sedikit penurunan harga pasar seperti cabai, sayuran. namun harga ini dibandingkan dengan harga saat dampak kenaikan BBM sebelum ini, http://jokowi-for-presiden.blogspot.com/2014/11/resmi-harga-bbm-naik-8500liter-mulai.htmldari beberapa pengumpulan informasi dan data didapatkan bahwa selain karena penurunan yang dilanjutkan kenaikan (lagi), http://www.tempo.co/read/news/2015/03/27/090653479/Harga-Premium-dan-Solar-di-Luar-Jawa-Bali-Naik-Rp-500, terdapat penurunan harga ini dikarenakan produksi barang yang sedang melimpah, http://suarabanyuurip.com/kabar/baca/panen-melimpah-petani-cabai-terancam-rugi 
Pada komoditi beras mengalami kenaikan dikarenakan beberapa hal, seperti penjelasan oleh Badan Pusat Satistik, http://finance.detik.com/read/2015/04/01/115649/2875707/4/sedang-panen-kok-harga-beras-maret-naik-ini-penyebabnya .
poin apa yang ingin penulis tekankan, yakni mahasiswa juga harus peduli dan ilmiah. Mahasiswa perlu untuk memikirkan solusi praktis ketika menyampaikan suatu permasalahan. namun yang pertama harus ditanamkan adalah berani mengangkat permasalahan. Memang kita bukanlah seorang yang ahli dalam kebijakan fiscal misalnya, tapi setidaknya kita berikan gambaran keadaan di lapangan tentang dampak yang dirasakan oleh rakyat, yang kesengsaraannya tidak dirasakan oleh mereka yang berdasi rapih disana!
Jangan hanya mencari sensasi dan citra diri, benar-benar tampung secara jujur suara rakyat lalu advokasi.
Mahasiswa hanya perlu bersatu dengan masyarakat untuk membentuk sebuah bentuk aksi penyampaian aspirasi, bisa dengan audiensi langsung ke DPR atau bila perlu dengan demonstrasi.
Jika boleh dikatakan keadaan saat ini memang belumlah sama dengan keadaan tahun 98 dimana mahasiswa dan masyarakat sudah sama-sama merasakan “ketidaknyamanan". tapi apa lantas harus menanti dan menunggu? tanpa berbuat apa-apa? lawan ketidakadilan yang terjadi kawan!
~lebih baik diasingkan daripada berkhianat pada kebenaran~ gie
 
dikutip dari www.berdikarionline.com
Ini tentang Gerakan
Mahasiswa tentu idientik dengan gerakan. Gerakan ada yang intra-kampus (BEM, Dema, dkk) ada juga yang extra-kampus (HMI, KAMMI, GMNI, dkk). dari golongan yang mengatasnamakan agama hingga nasionalis, semua gerakan tersebut pada dasarnya merupakan gerakan yang bertujuan baik. Namun telah menjadi rahasia umum bahwa perpolitikan telah memberikan banyak sekali perubahan idealisme, yang seyogyanya idealisme menjadi salah satu kunci keistimewaan seorang mahasiswa.
Konflik ideologi, konflik kepentingan, semua itu menjadi salah satu alasan beberapa kalangan mahasiswa “muak” memikirkan dan mendefinisikan tentang urgensi sebuah pergerakan. Memang, sudah barang tentu yang telah rela menjual idealisme dengan harga murah adalah oknum-oknum yang memuakkan.
Kawan, saya seorang muslim, Islam tidak pernah mengajarkan penyelesaian masalah dengan menghalalkan segala cara.  Atau mengajarkan kebencian. Atau mengajarkan menebar perpecahan.
lalu sudah benarkah gerakan-gerakan yang kalian ikuti saat ini kawan? 
~jangan pernah merasa benar karena saat engkau mulai merasa benar saat itulah engkau mulai salah~ rahman


Secoret Solusi
1.      Alangkah bijaknya apabila mempelajari dan mengetahui bagaimana seharusnya seorang mahasiswa berperan, tak perlu jadi mahasiswa yang terlalu reaktif, tetapi bukan berarti tak reaktif. Tentukan pilihan, akan berjuang pada ranah manakah engkau. Jadi mahasiswa acuh atau …
2.      Alangkah bijaknya apabila update tentang kebijakan. Tidak perlu banyak mencari-cari kesalahan, namun cobalah peka dalam merasakan ketidakadilan. Ketika reseptor ketidakadilan telah terlatih maka akan membantu dalam memulai suatu kajian dan memahami suatu permasalahan. yang terpenting adalah beranilah untuk menentang ketidakadilan. Cobalah peduli walau sulit, agar tak disalahkan atau dipertanyakan. #kemanamahasiswa
3.      Alangkah bijaknya apabila kita juga memahami bagaimana cara mengambil hati masyarakat, bagaimana cara menyatu dengan masyarakat, membuat berarti untuk masyarakat, sehingga apa yang kita perjuangkan juga akan mendapat dukungan dan apresiasi.  Cobalah untuk merendah pada masyarakat, dengarkan jeritan mereka.
4.      Alangkah bijaknya apabila menyadari pentingnya kajian dan aksi, maka sejak saat ini mulailah dengan melakukan diskusi-diskusi tentang situasi, mencoba mempelajari keadaan, tidak resisten akan keadaan social, coba datangkan pakar-pakar dibidangnya. Sehingga ketika berada pada sebuah situasi yang membutuhkan peran mahasiswa, kita dapat melakukan kajian dan aksi yang benar. Aksi tak harus selalu dengan turun kejalan, aksi bisa melalui audiensi, pencerdasan, atau bisa dengan petisi seperti https://www.change.org/.
5.      Alangkah bijaknya apabila mengetahui tentang dasar permasalahan, mulailah dengan kebiasaan mengumpulkan data atau riset. Budaya ini yang masih kurang dikalangan mahasiswa Indonesia. karena tidak akan ada artinya ketika engkau berbicara sendirian, hanya opini perseorangan. Maka mulailah dengan pendekatan, ambil keterangan, atas namakan, lalu advokasikan. Inilah salah satu usaha kecil yang mampu kita lakukan kawan.
6.      Alangkah bijaknya apabila mencoba memahami fungsi dan urgensi masing-masing gerakan kita, cobalah untuk menyadari bahwa kita sedang berdiri pada posisi yang beriringan, kita butuh untuk bergandengan, kita bukan sedang berdiri berhadapan. Cobalah untuk menghilangkan kebencian, kedengkian, ataupun rasa haus akan kekuasaan. Coba jalin komunikasi yang baik, gerakan-gerakan telah memiliki basis kekuatan sebagai potensi perjuangan, janganlah disia-siakan.
7.      Pada intinya seluruh permasalahan akan kembali pada diri kita masing-masing, mari berjuang bersama. Lakukan semampu kita dan  junjung idealisme mahasiswa. Itulah kalimat yang paling tepat untuk kita.

dari hati saya teriakkan:
" Lebih baik mati dalam melawan ketidakadilan, daripada hidup diam dalam penindasan"
Hidup Mahasiswa!!!
Hidup MAHASISWA!!!
HIDUP RAKYAT INDONESIA

Abdurrahman Afa Haridhi
BEM FK UNS
Pendidikan Dokter 2013

1 komentar:

  1. "Lebih baik mati dalam melawan ketidakadilan, daripada hidup diam dalam penindasan"

    ada yg mengatakan, singa ditakuti karena diam dan anjing dipermainkan karena gonggongannya

    memang ada sesuatu yang membuat kita tertindas, tapi ingat lah para pendahulu kita yang dijebloskan ke penjara karena memegang kebenaran, mereka tertindas tetapi mereka tidak terhina.

    Bukan bermaksud menggurui, tapi kita sedang berbagi ilmu tho ? Dan terima kasih solusinya. Nice !

    Salam,
    Ardyan Prajawan Mukti
    Yang Foto Profil Facebook nya Yondaime Hokage

    BalasHapus